Jumat, 27 November 2009

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial

Manusia adalah makhluk individu dan juga makhluk sosial. Sebagai individu, ia mempunyai kemauan dan kehendak yang mendorongnya berbuat dan bertindak. Dari apa yang diperbuatnya dan dari sikap hidupnya, orang dapat mengetahui pribadi seseorang. Sebagai makhluk idividu, manusia ingin hidup senang dan bahagia, dan menghindar dari segala yang menyusahkan. Untuk itu ia berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan rohani yang dapat membawa kesenangan dan kebahagiaan kepada dirinya.

Akibat dari hal itu, timbullah hak seseorang atas sesuatu, seperti hak milik atas sesuatu benda, hak menuntut ilmu, hak menikmati kesenangan dan lain-lainnya. Hak itu tidak boleh diganggu oleh orang lain. Akibatnya, orangpun merasa bahwa dialah yang berkuasa atas haknya itu dan menyadari pula bahwa ia mempunyai rasa aku. Kesadaran ini mendorongnya untuk bertindak sendiri, terlepas dari pengaruh orang lain. Hidup sebagai makhluk individu semata-mata tidak mungkin tanpa juga sebagai makhluk sosial. Manusia hanya dapat dengan sebaik-baiknya dan manusia hanya akan mempunyai arti apabila ia hidup bersama-sama manusia lainnya di dalam masyarakat. Tidak dapat dibayangkan adanya manusia yang hidup menyendiri tanpa berhubungan dan tanpa bergaul dengan sesama manusia lainnya. Hanya dalam hidup bersama manusia dapat berkembang dengan wajar dan sempurna. Hal ini ternyata bahwa sejak lahir sampai meninggal, manusia memerlukan bantuan orang lain untuk kesempurnaan hidupnya. Bantuan ini tidak hanya bantuan untuk memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi juga untuk kebutuhan rohani. Manusia sangat memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri, pengakuan dan tanggapan-tanggapan emosional yang sangat penting artinya bagi pergaulan dan kelangsungan hidup yang sehat. Inilah kodrat manusia, sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial. Tak ada seorangpun yang dapat mengingkari hal ini, karena ternyata bahwa manusia baru dapat disebut manusia dalam hubungannya dengan orang lain, bukan dalam kesendiriannya.

Sumber: TATTWA DARSANA Untuk Kelas I PGA Hindu. Oleh: IB Kade Sindhu, IB Gede Agastia, I Gede Sura. Penerbit: Yayasan Dharma Sarathi Jakarta, 1990.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar