PELAJARAN 1
SIFAT DAN KARAKTERISTIK KAYU
Kayu
merupakan hasil hutan dari kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang mudah
diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi. Kayu memiliki
beberapa sifat sekaligus, yang tidak dapat ditiru oleh bahan-bahan lain.
Pengertian kayu disini ialah sesuatu bahan, yang diperoleh dari hasil
pemungutan pohon-pohon di hutan, yang merupakan bagian dari pohon tersebut,
setelah diperhitungkan bagian-bagian mana yang lebih banyak dimanfaatkan untuk
sesuatu tujuan penggunaan. Baik berbentuk kayu pertukangan, kayu industri
maupun kayu bakar. (Dumanauw.J.F, 1990)
Kayu bengkirai merupakan salah satu
jenis kayu yang berkualitas bagus. Hal tersebut dapat dibuktikan pada
saat dalam proses pengerjaan (pengerjaan kayu bengkirai). Kayu bengkirai
ini mudah diproses seperti diserut, dipotong, diukir dll. Oleh sebab itu,
banyak orang yang memasukkan kayu bengkirai ini ke dalam golongan jenis-jenis
kayu pertukangan.
Dan dalam prakteknya, saat ini banyak sekali
orang-orang yang menggunakan kayu bangkirai ini untuk memproduksi
beraneka macam produk dari kayu. Hal tersebut memang tidak bisa dilepas dari
kualitasnya yang memang terbukti benar-benar baik oleh dunia pertukangan. Dan
hingga saat ini, permintaan terhadap kayu bengkirai sangatlah banyak, oleh
sebab itu, kayu bengkirai ini masuk ke dalam daftar jenis kayu yang memiliki
nilai komersial
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kayu merupakan bahan yang
sangat sering dipergunakan untuk tujuan penggunaan tertentu. Terkadang sebagai barang tertentu, kayu tidak
dapat digantikan dengan bahan lain karena sifat khasnya. Kita sebagai pengguna dari kayu yang setiap
jenisnya mempunyai sifat-sifat yang berbeda, perlu mengenal sifat-sifat kayu
tersebut sehingga dalam pemilihan atau penentuan jenis untuk tujuan penggunaan
tertentu harus betul-betul sesuai dengan yang kita inginkan. Berikut ini diuraikan sifat-sifat kayu (fisik
dan mekanik) serta macam penggunaannya.
Pengenalan Sifat-Sifat Kayu
Kayu merupakan hasil hutan yang mudah diproses untuk
dijadikan barang sesuai dengan kemajuan teknologi. Kayu memiliki beberapa sifat yang tidak dapat
ditiru oleh bahan-bahan lain. Pemilihan
dan penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian, memerlukan pengetahuan
tentang sifat-sifat kayu. Sifat-sifat ini penting sekali dalam industri
pengolahan kayu sebab dari pengetahuan sifat tersebut tidak saja dapat dipilih
jenis kayu yang tepat serta macam penggunaan yang memungkinkan, akan tetapi
juga dapat dipilih kemungkinan penggantian oleh jenis kayu lainnya apabila
jenis yang bersangkutan sulit didapat secara kontinyu atau terlalu mahal.
Kayu
berasal dari berbagai jenis pohon yang memiliki sifat-sifat yang
berbeda-beda. Bahkan dalam satu pohon,
kayu mempunyai sifat yang berbeda-beda.
Dari sekian banyak sifat-sifat kayu yang berbeda satu sama lain, ada
beberapa sifat yang umum terdapat pada semua jenis kayu yaitu :
- Kayu tersusun dari sel-sel yang memiliki tipe bermacam-macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia berupa selulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin (non karbohidrat).
- Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat-sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya (longitudinal, radial dan tangensial).
- Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.
- Kayu dapat diserang oleh hama dan penyakit dan dapat terbakar terutama dalam keadaan kering.
Sifat Fisik Kayu
- Berat dan Berat Jenis
Berat suatu kayu tergantung dari jumlah zat kayu, rongga
sel, kadar air dan zat ekstraktif didalamnya.
Berat suatu jenis kayu berbanding lurus dengan BJ-nya. Kayu mempunyai berat jenis yang berbeda-beda,
berkisar antara BJ minimum 0,2 (kayu balsa) sampai BJ 1,28 (kayu nani). Umumnya makin tinggi BJ kayu, kayu semakin
berat dan semakin kuat pula.
- Keawetan
Keawetan adalah ketahanan kayu terhadap serangan dari
unsur-unsur perusak kayu dari luar seperti jamur, rayap, bubuk dll. Keawetan
kayu tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif didalam kayu yang merupakan
unsur racun bagi perusak kayu. Zat
ekstraktif tersebut terbentuk pada saat kayu gubal berubah menjadi kayu teras
sehingga pada umumnya kayu teras lebih awet dari kayu gubal.
- Warna
Kayu yang beraneka warna macamnya disebabkan oleh zat
pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda.
- Tekstur
Tekstur adalah ukuran relatif sel-sel kayu. Berdasarkan teksturnya, kayu digolongkan
kedalam kayu bertekstur halus (contoh: giam, kulim dll), kayu bertekstur sedang
(contoh: jati, sonokeling dll) dan kayu bertekstur kasar (contoh: kempas,
meranti dll).
- Arah Serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu
batang pohon. Arah serat dapat dibedakan
menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak, serta terpilin dan serat
diagonal (serat miring).
- Kesan Raba
Kesan raba adalah kesan yang diperoleh pada saat meraba
permukaan kayu (kasar, halus, licin, dingin, berminyak dll). Kesan raba tiap jenis kayu berbeda-beda
tergantung dari tekstur kayu, kadar air, kadar zat ekstraktif dalam kayu.
- Bau dan Rasa
Bau dan rasa kayu mudah hilang bila kayu lama tersimpan di
udara terbuka. Beberapa jenis kayu
mempunyai bau yang merangsang dan untuk menyatakan bau kayu tersebut, sering
digunakan bau sesuatu benda yang umum dikenal misalnya bau bawang (kulim), bau
zat penyamak (jati), bau kamper (kapur) dsb.
- Nilai Dekoratif
Gambar kayu tergantung dari pola penyebaran warna, arah
serat, tekstur, dan pemunculan riap-riap tumbuh dalam pola-pola tertentu. Pola gambar ini yang membuat sesuatu jenis
kayu mempunyai nilai dekoratif.
- Higroskopis
Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan
air. Makin lembab udara disekitarnya
makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai keseimbangan dengan
lingkungannya. Dalam kondisi kelembaban
kayu sama dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut kandungan air
keseimbangan (EMC = Equilibrium Moisture Content).
- Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :
- Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat dengan elastisitas kayu.
- Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang suara. Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu banyak dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola dll).
- Daya Hantar Panas
Sifat daya hantar kayu sangat jelek sehingga kayu banyak
digunakan untuk membuat barang-barang yang berhubungan langsung dengan sumber
panas.
- Daya Hantar Listrik
- Pada umumnya kayu merupakan bahan hantar yang jelek untuk aliran listrik. Daya hantar listrik ini dipengaruhi oleh kadar air kayu. Pada kadar air 0 %, kayu akan menjadi bahan sekat listrik yang baik sekali, sebaliknya apabila kayu mengandung air maksimum (kayu basah), maka daya hantarnya boleh dikatakan sama dengan daya hantar air.
Sifat Mekanik Kayu
- Keteguhan Tarik
Keteguhan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya
yang berusaha menarik kayu. Terdapat 2
(dua) macam keteguhan tarik yaitu :
- Keteguhan tarik sejajar arah serat dan
- Keteguhan tarik tegak lurus arah serat.
Kekuatan tarik terbesar pada kayu ialah keteguhan tarik
sejajar arah serat. Kekuatan tarik tegak
lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat.
- Keteguhan tekan / Kompresi
Keteguhan tekan/kompresi adalah kekuatan kayu untuk menahan
muatan/beban. Terdapat 2 (dua) macam keteguhan tekan yaitu :
- Keteguhan tekan sejajar arah serat dan
- Keteguhan tekan tegak lurus arah serat.
Pada semua kayu, keteguhan tegak lurus serat lebih kecil
daripada keteguhan kompresi sejajar arah serat.
- Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kemampuan kayu untuk menahan
gaya-gaya yang membuat suatu bagian kayu tersebut turut bergeser dari bagian
lain di dekatnya. Terdapat 3 (tiga) macam
keteguhan yaitu :
- Keteguhan geser sejajar arah serat
- Keteguhan geser tegak lurus arah serat dan
- Keteguhan geser miring
Keteguhan geser tegak lurus serat jauh lebih besar dari pada
keteguhan geser sejajar arah serat.
- Keteguhan lengkung (lentur)
Keteguhan lengkung/lentur adalah kekuatan untuk menahan
gaya-gaya yang berusaha melengkungkan kayu atau untuk menahan beban mati maupun
hidup selain beban pukulan. Terdapat 2
(dua) macam keteguhan yaitu :
- Keteguhan lengkung statik, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan-lahan.
- Keteguhan lengkung pukul, yaitu kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak.
- Kekakuan
Kekakuan adalah kemampuan kayu untuk menahan perubahan
bentuk atau lengkungan. Kekakuan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas.
- Keuletan
Keuletan adalah kemampuan kayu untuk menyerap sejumlah
tenaga yang relatif besar atau tahan terhadap kejutan-kejutan atau
tegangan-tegangan yang berulang-ulang yang melampaui batas proporsional serta
mengakibatkan perubahan bentuk yang permanen dan kerusakan sebagian.
- Kekerasan
Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan gaya yang
membuat takik atau lekukan atau kikisan (abrasi). Bersama-sama dengan keuletan,
kekerasan merupakan suatu ukuran tentang ketahanan terhadap pengausan kayu.
- Keteguhan Belah
Keteguhan belah adalah kemampuan kayu untuk menahan
gaya-gaya yang berusaha membelah kayu.
Sifat keteguhan belah yang rendah sangat baik dalam pembuatan sirap dan
kayu bakar. Sebaliknya keteguhan belah yang tinggi sangat baik untuk pembuatan
ukir-ukiran (patung). Pada umumnya kayu mudah dibelah sepanjang jari-jari (arah
radial) dari pada arah tangensial.
Ukuran yang dipakai untuk menjabarkan sifat-sifat keku-atan
kayu atau sifat mekaniknya dinyatakan dalam kg/cm2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanik
kayu secara garis besar digolongkan menjadi dua kelompok :
- Faktor luar (eksternal): pengawetan kayu, kelembaban lingkungan, pembebanan dan cacat yang disebabkan oleh jamur atau serangga perusak kayu.
- Faktor dalam kayu (internal): BJ, cacat mata kayu, serat miring dsb.
Struktur
kayu merupakan suatu struktur yang elemen susunannya adalah kayu. Dalam
perkembangannya, struktur kayu banyak digunakan sebagai alternatif dalam
perencanaan pekerjaan-pekerjaan sipil, diantaranya adalah : rangka kuda-kuda,
rangka dan gelagar jembatan, struktur perancah, kolom, dan balok lantai
bangunan. Pada dasarnya kayu merupakan bahan alam yang banyak memiliki
kelemahan struktural, sehingga pengunaan kayu sebagai bahan struktur perlu
memperhatikan sifat-sifat tersebut. Oleh sebab itu, maka struktur kayu kurang
populer dibandingkan dengan beton dan baja. Akibatnya saat ini terdapat
kecenderungan beralihnya peran kayu dari bahan struktur menjadi bahan
pemerindah (dekoratif).
B. BENTUK DAN KEGUNAAN KAYU.
Sebagai
bahan struktur kayu mempunyai berbagai kekuatan, khususnya dalam : 1. Menahan
Tarikan. Kekuatan terbesar yang dapat ditahan oleh kayu adalah sejajar arah
serat, sedangkan kekuatan tarikan tegak lurus arah serat lebih kecil dari pada
sejajar serat. 2. Menahan Tekanan (Desak). Kayu juga dapat menahan beban desak,
baik tekanan sejajar serat maupun tegak lurus serat, misalnya sebagai bantalan
kereta api. Daya tahan desak tegak lurus serat lebih kecil bila dibandingkan
dengan sejajar serat. 3. Menahan Lenturan. Besarnya daya tahan kayu terhadap
lenturan tergantung pada jenis kayu, besarnya peampang kayu, berat badan, lebar
bentangan, sehingga dengan dapatnya kayu menaan lenturan maka dapat menahan
beban tetap meupun beban kejut/pukulan. Sebagai bahan struktur kayu biasanya
diperdagangkan dengan ukuran tertentu dan dipakai dalam bentuk balok, papan,
atau bentangan bulat, (berdasarkan SK-SNI-03-2445-1991).
1. Balok 2
Untuk kuda-kuda / batang struktur
(cm) : 8 x (8, 10, 12, 15, 18),
10
x (10, 12, 15, 18).
Balok antar tiang (cm) : 4 x (6, 8); 6 x (8,
12, 15);
8
x (12, 15, 18), 10 x (12, 15).
Untuk kuzen
pintu dan jendela (cm) : 6 x (10,
12, 13, 15) ; 8 x (10, 12, 15).
Balok langit
(cm) : 8 x (12,
15, 18, 20); 10 x (15, 18, 20).
Tiang balok (cm) : 8 x (8, 10, 12); 10 x
(10, 12); 12 x (12, 15).
2. Reng dan Kaso : 2 x 3;
2,5 x (3,4,6,8, 10, 12);
3,5
x (3,4,6,8,10,12,15);
5
x (7,8,10,12,13,15,18,20,22,25)
3. Lis dan Jalusi 1
x (1,3,4,5, 6, 8)
1,5
x (3,4,5,6,8,10,12,15,18,20,22)
2 x (4, 5,6,8, 10,
12)
4. Papan kayu. 2
x (15, 18,20,22,25)
3
x (18,20,22,25,30)
4
x (18,20,22,25)
C.
KEKURANGAN DAN KELEBIHAN KAYU.
Kelebihan
Kayu :
1.
Berkekuatan tinggi dengan berat jenis rendah.
2.
Tahan terhadap pengaruh kimia dan listrik.
3.
Relatif mudah dikerjakan dan diganti.
4.
Mudah didapatkan, relatif murah.
5.
Pengaruh temperatur terhadap perubahan bentuk dapat diabaikan.
6.
Pada kayu kering memiliki daya hantar panas dan listrik yang rendah, sehingga
baik untuk partisi.
7.
Memiliki sisi keindahan yang khas.
Kekurangan
Kayu :
1.
Adanya sifat-sifat kayu yang kurang homogen (ketidak seragaman), cacat kayu
(mata kayu, retak, dll.).
2.
Beberapa jenis kayu kurang awet.
3.
Kekuatannya sangat dipengaruhi oleh jenis kayu, mutu, kelembaban dan pengaruh
waktu pembebanan.
4.
Keterbatasan ukuran khususnya untuk memenuhi kebutuhan struktur bangunan yang
makin beskala besar dan tinggi.
5.
Untuk beberapa jenis kayu tertentu harganya relatif mahal dan ketersediaan
terbatas (langka).
D.
JENIS KAYU DI INDONESIA.
Menurut Peraturan Konstruksi Kayu -
PKKI (Lampiran 3), dari 3000-4000 jenis pohon yang ada di Indonesia baru
sekitar 150 jenis yang telah diselidiki dan dianggap penting dalam perdagangan.
Dari jumlah tersebut sebagian merupakan jenis kayu yang penting sebagai bahan
struktur. Lembaga Pusat Penyelidikan Kehutanan telah menyusun daftar kayu
Indonesia yang terdiri dari 90 jenis kayu penting di Indonesia. Daftar tersebut
tercantum selengkapnya pada Lampiran I.
Susunan
kayu sebagaimana disajikan pada Gambar 2.1. terdiri dari susunan sel-sel, dan
sel-sel tersebut terdiri dari susunan “cellose” yang diikat dan
disatukan oleh “lignine”. Perbedaan susunan sel-sel inilah yang
menyebabkan perbedaan sifat-sifat dari berbagai jenis.
a.
Kulit luar (outer bark), yang merupakan kulit mati, kering dan berfingsi
sebagai pelindung bagian dalam kayu. b. Kulit dalam (bast), kulit hidup, lunak
basah, yang berfungsi mengangkut bahan makanan dari daun kebagian lain. c.
Kambium (cambium), berada disebelah dalam kulit dalam, berupa lapisan sangat
tipis (tebalnya hanya berukuran mikroskopik). Bagian inilah yang memproduksi
sel-sel kulit dan sel-sel kayu. d. Kayu gubal (sap wood), tebalnya bervariasi
antara 1 - 20 cm tergantung jenis kayunya, berwarna keputih-putihan, berfungsi
sebagai pengangkut air (berikut zat-zat) dari tanah ke daun. Untuk keperluan
struktur umumnya kayu perlu diawetkan dengan memasukan bahan-bahan kimia
kedalam lapisan kayu gubal ini. e. Kayu teras atau galih (heart wood), lebih
tebal dari kayu gubal yang tidak bekerja lagi. Kayu teras terjadi dari
perubahan kayu gubal secara perlahan-lahan. Kayu teras merupakan bagian utama
pada struktur kayu yang biasanya lebih awet (terhadap serangan serangga, bubuk,
jamur) dari pada kayu gubal. f. Hati (puh). g. Jari-jari teras (Rays) yang
menghubungkan berbagai bagian dari pohon untuk penyimpanan dan peralihan bahan
makanan.
E.
HUBUNGAN BERAT JENIS DAN KEKUATAN.
Berat
jenis menyatakan berat kayu dibagi dengan volumenya, umumnya kayu yang baru
ditebang mempunyai kadar air 40 % untuk kayu berat hingga dan 200 % untuk kayu
ringan. Kadar air tersebut akan keluar bersamaan dengan mengeringnya kayu
hingga mencapai titik jenuh serat (fiber saturation point), yang
berkadar lengas kira-kira 25–35 %. Apabila kayu mengering dibawah titik jenuh
seratnya, dinding sel menjadi padat, akibatnya serat-seratnya menjadi kuat dan
kokoh. Jadi turunnya kadar lengas kayu mengakibatkan bertambahnya kekuatan
kayu. Berdasarkan berat jenisnya, kayu di Indonesia dibedakan menjadi lima
kelas kuat, sebagaimana tersaji pada Tabel 1.1 (Klasifikasi ini disusun oleh
Lembaga Pusat Penyelidikan Kehutanan).
F.
CARA MENINGKATKAN KEAWETAN KAYU.
Upaya
meningkatkan keawetan kayu telah lama dilakukan, tujuannnya adalah untuk
meningkatkan ketahanan kayu terhadap serangan-serangan serangga (rayap, bubuk,
dll.) agar memperpanjang umur kayu. Lembaga Penelitian Hasil Hutan (LPPH),
membagi keawetan kayu menjadi lima kelas awet. Pembagian kelas awet tersebut
didasarkan pada kriteria yang terdapat dalam Tabel 1.2.
Ada beberapa cara untuk meningkatkan
keawetan kayu, diantaranya adalah :
1. Membakar Kayu.
Salah
satu cara untuk menambah ketahanan kayu adalah dengan membakar lapisan luar
kayu tersebut. Bagian luar yang berlapis arang tidak akan mudah termakan rayap.
Cara ini biasanya dipakai untuk tiang-tiang yang sebagian tertanam dalam tanah.
Cara ini tidak baik sebab kayu akan retak, sehingga bubuk/rayap akan mudah
masuk dalam retak-retak itu dan akan menyebabkan rusaknya kayu. 2. Mengetir.
Biasanya dipakai pada tiang pagar dan rangka atap dari kayu muda. Ada dua macam
tir yang sering dipakai yaitu : “kolter” dan “sweedsteer”
warnanya coklat muda dan cair. 3. Penggunaan Karbolium. Karbolium lebih baik
dari pada tir, sebab pori-pori kayu tidak tertutup dan getahnya masih bisa
keluar. Biasanya digunakan pada bangunan air dan umum, misalnya untuk tiang
jembatan dalam laut, perahu, dll. 4. Penggunaan Minyak Kreosoot. Kayu yang akan
di-kreosoot dimasukan kedalam ketel. Kemudian disalurkan uap air, agar getah
kayu keluar. Air panas yang tercampur getah dan angin dipompa keluar. Lewat
saluran pipa lain minyak kreosoot yang telah dipanasi sampai 60 0 C dimasukan,
lalu diproses sampai 10 atmosfir. Penggunaan minyak ini juga bisa disapukan
atau dicatkan dibagian luar seperti mengetir. 5. Proses Burnett. Proses ini
sama dengan proses minyak kreosoot, hanya bahannya yang berbeda yaitu Zn Cl2
berbusa dan tak berwarna. Cara ini tidak dapat digunakan untuk struktur yang
terendam air. 6. Penggunaan Kopervitriool (Prusi). Pada proses ini digunakan
dua bejana (tangki) khusus. Tangki bagian atas diisi campuran kopervitriool dan
air, kayu dimasukan kedalam tangki bagian bawah, sehingga kopervitriool
bercampur air akan mengalir dan mengisi pori-pori kayu. 7. Proses Kijan. Kayu
direndam dalam air yang sudah dicampur bahan pengawet Hg Cl2 (zat cair putih
yang beracun sangat berbisa dan tak berwarna) selama 5 - 14 hari, kemudian
ditumpuk pada tempat yang berangin. Kayu yang sudah diobati tidak berbau dan
berwarna, setelah kering bisa di cat. Cara ini tidak baik jika digunakan pada
struktur yang berlengas, juga tidak baik dipadukan (komposit) dengan besi. 8.
Proses Wolman.
Proses
ini menggunakan garam wolman, yaitu bahan pengawet yang terdiri dari Na Fe di
tambah dini trophenol dan bichromat kers. dijual dalam bentuk bubuk. Kayu yang
akan diawetkan harus dikeringkan terlebih dahulu, kemudian direndam dalam air
yang sudah dicampur garam wolman selama 7 hari dan kemudian dikeringkan.
Berdasarkan
SK-SNI 03-3233-1998, tentang Tata Cara Pengawetan Kayu Untuk Bangunan Rumah
dan Gedung sebagai berikut : Pengawetan adalah suatu proses memasukkan
bahan pengawet ke dalam kayu dengan tujuan untuk memperpanjang masa pakai kayu.
Kayu yang harus diawetkan untuk bangunan rumah dan gedung adalah kayu yang
mempunyai keawetan alami rendah (kelas awet III, IV, V dan kayu gubal kelas I
dan II), dan semua kayu yang tidak jelas jenisnya. Bahan kayu yang akan
diawetkan harus melalui proses vakum tekan, proses rendaman, permukaan kayu
harus bersih dan siap pakai. Peralatan yang digunakan dalam pengawetan dengan
proses vakum tekan adalah tangki pengawet, tangki pengukus, tangki persediaan,
tangki pencampur, pompa vacum, pompa tekan hidrolik,bejana vakum, pompa
pemindah larutan, kompresor, manometer, termometer, hidrometer, gelas ukur 100
mL dan timbangan. Untuk proses, rendaman diperlukan peralatan yaitu bak
pencampur, tangki persediaan, bak pengawet, pompa pemindah larutan, geas ukur,
hidrometer termometer, timbangan, dan manometer. Sedangkan untuk rendaman panas
dingin digunakan peralatan yang sama seperti rendaman dingin tanpa timbangan
dan ditambah tungku panas. Cara pengawetan sebagai berikut : Pembuatan bahan
larutan, dan persiapan kayu yang akan diawetkan. Pelaksanaan pengawetan dengan
cara vacum tekan, rendaman dingin atau rendaman panas-dingin. Setelah kayu
diawetkan maka kayu disusun secara teratur dengan menggunakan ganjal yang
seragam (1,5 - 2,0) x (2,5 - 3,0) cm, dan lindungi kayu dari pengaruh hujan dan
matahari secara langsung sampai kering udara.
G.
PERBEDAAN KAYU MUTU A DAN MUTU B.
PKKI
Pasal 3 membagi mutu kayu kedalam dua kelas, yaitu mutu A dan mutu B (Tabel
1.3). Perbedaan mutu kayu ditentukan oleh kondisinya (banyaknya dan keadaan
cacat - cacat kayu), yaitu mata kayu, wanvlak (cacat kayu akibat terkelupasnya
kulit kayu), miring arah serat, retak - retak dan keadaan kadar lengas kayu
kering udara.
H.
PENGARUH KADAR LENGAS KAYU.
Terdapat tiga macam kadar lengas pada
kayu, yaitu : kadar kayu basah (baru ditebang), kadar lengas kayu kering udara,
dan kadar lengas kayu kering mutlak. Kayu basah mempunyai kadar lengas antara
40 - 200 %, makin lama makin kering hingga mencapai kadar lengas antara 24 - 30
%.
Proses
pengeringan pada kayu mengakibatkan adanya pengerutan, sehingga sel-sel kayu
makin padat, dan menjadikan peningkatan kekuatan kayu. Dengan demikian turunnya
kadar lengas kayu meningkatkan kekuatan kayu.
Kayu
sangat peka terhadap lembab udara, perubahan kadar lengas menyebabkan kayu
mengembang dan menyusut dan berpengaruh pada sifat-sifat fisik dan mekaniknya.
Hal tersebut menyebabkan kekuatan kayu yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar