Apr 21st, 2008 by ivanorma
Ada yang pernah mendengar nama Le Mayeur? Nama itu mengingatkan saya pada buku Kumpulan Lukisan dan Patung Koleksi Bung Karno. Dulu, buku-buku yang berjumlah 5 seri ini sering sekali saya buka untuk menikmati keindahan lukisan-lukisan karya pelukis besar. Secara tidak sengaja, siang itu saya menemukan dan mengunjungi Museum Le Mayeur di tepi Pantai Sanur. Mengherankan, selama 19 tahun saya pernah menghabiskan masa kecil di Bali, tak pernah saya dengar tentang museum ini. Rugi sekali!
Le Mayeur yang punya nama lengkap Adrien Jean Le Mayeur de Merpres adalah seorang pelukis Belgia yang lahir pada tanggal 9 Februari 1880 di Ixelles, Brussel, anak bungsu dua bersaudara dari ayah Andrien Le Mayeur De Merpres dan Ibu Louise Di Bosch. Pendidikan terakhirnya di Perguruan Tinggi Politeknik di Universitas Libre, Brussel dan bergelar Insinyur bangunan tetapi lebih menekuni bidang seni lukis.
Dalam meniti karirnya sebagai pelukis, Le Mayeur kemudian melanglang buana ke berbagai belahan dunia seperti Perancis, Italia, Maroko, Tunisia, Aoljazair, India, Thailand, Kanboja, Tahiti dan akhirnya ke Bali. Le Mayeur menginjakkan kaki pertama di Bali pada tahun 1932 melalui jalan laut dan mendarat di Singaraja kemudian melanjutkan perjalanan ke Denpasar, dengan menyewa sebuah rumah di Desa Kelandis.
Dalam meniti karirnya sebagai pelukis, Le Mayeur kemudian melanglang buana ke berbagai belahan dunia seperti Perancis, Italia, Maroko, Tunisia, Aoljazair, India, Thailand, Kanboja, Tahiti dan akhirnya ke Bali. Le Mayeur menginjakkan kaki pertama di Bali pada tahun 1932 melalui jalan laut dan mendarat di Singaraja kemudian melanjutkan perjalanan ke Denpasar, dengan menyewa sebuah rumah di Desa Kelandis.
Di tempat inilah kemudian Le Mayeur berkenalan dengan seorang penari Legong bernama Ni Nyoman Pollok kelahiran 03 Maret 1917. Kecantikan dan keanggunan Ni Pollok waktu menari menggugah hati Le Mayeur untuk menjadikan Ni Pollok menjadi model dalam lukisannya. Seiring dengan perjalanan waktu hubungan Le Mayeur dengan Ni Pollok semakin intim dan berlanjut ke jenjang pernikahan. Ni Pollok sebagai seorang istri menghendaki keturunan tapi Le Mayeur menolak alasannya karena Ni Pollok diinginkannya tetap sebagai model. Kehamilan akan merusak keindahan tubuhnya. Ni Pollok memang luar biasa pesonanya. Foto Ni Pollok yang saya pajang ini adalah foto resmi yang published. Jadi mohon jangan dihubungkan dengan UU ITE.
Dari kekuatan cinta Sang Maestro itu, muncullah karya-karya besar. Lukisan-lukisan Le Mayeur banyak sekali yang menggunakan model Ni Pollok dan kegiatan-kegiatan adat dan kesenian di Bali. Ni Pollok memang terus menari. Goresan-goresan pada lukisannya menunjukkan sekali kekuatan cinta Le Mayeur kepada Ni Pollok. Cinta Ni Pollok yang kuat pun membuat ia rela mengikuti kemauan suaminya untuk tidak memiliki anak.
Karya lukis Le Mayeur mencapai 88 buah, umumnya memiliki ciri impresionis, dan dibuat antara tahun 1921 sampai 1957. Uniknya, karya-karya tersebut beberapa di antaranya menggunakan media lukis selain kanvas, misalnya hardboard, tripleks, kertas, dan bagor atau kain goni. Media lukis kain goni, misalnya, digunakan oleh Le Mayeur pada masa penjajahan Jepang karena kesulitan mendapatkan kiriman kanvas dari Belgia.
Sebagian kecil karya Le Mayeur yang ditampilkan di tulisan ini adalah hasil dari tindakan tidak terpuji dan melanggar peraturan tidak memotret lukisan.
Dari berpameran di Singapura , Le Mayeur kemudian membeli sebidang tanah seluas 20,6 are di Pantai Sanur. Di tempat ini kemudian Le Mayeur membangun rumah. Ruang induk terdiri dari ruang tamu, ruang keluarga, studio, kamar tidur dan kamar mandi. Sanggar Le Mayeur penuh dengan koleksi lukisan dan buku-bukunya yang sangat menarik, yang disimpan dalam bangunan yang berarsitektur Bali.
Pada awal tahun 50-an, kondisi kesehatan Le Mayeur mulai menurun. Bulan Maret 1958 Le Mayeur berobat ke Belgia didampingi istrinya. Sang Maestro meninggal dunia pada tanggal 27 Mei 1958 dalam usia 78 tahun. Jenasahnya dimakamkan di pemakaman keluarga Ixelles, Brussel. Ni Pollok tetap tinggal di rumah mereka di Sanur, bahkan ia merelakan rumahnya terbuka untuk umum yang ingin mengenal karya Le Mayeur. Kekuatan cinta pula yang membuat Ni Pollok setia merawat semua peninggalan suaminya.
Pada tanggal 27 Juli 1985 Ni Pollok meninggal dunia, maka perusahaan seni lukis ditinggalkannya kini milik Pemerintah Indonesia yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Propinsi Bali. Rumah beserta isinya sekarang menjadi Museum Le Mayeur.
Banyak karya besar lahir dari kekuatan cinta. Cinta memang mampu memotivasi orang bahkan untuk menggerakkan dunia. Cinta juga membutuhkan pengorbanan besar. Kadang bahkan sangat besar. Mungkin kita pun pernah membuktikan hal ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar